Pada periode agustus 2021- september 2021, terdapat lima mural yang dihapus karena dianggap memiliki unsur kriminal oleh aparat penegak hukum. Terdapat 5 mural yang menjadi fokus penelitian ini adalah mural 'Urus Rakyatmu Jangan Kau Urus Muralku', Jokowi ‘404:Not Found’, ‘Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit’, Jokowi 'Okelah 3 Periode', Mural Jokowi menutup mata dengan masker’. Pasalnya mural seringkali menjadi alat untuk menyampaikan kritik sosial kepada penguasa atau masyarakat. Penghapusan mural ini pun pada akhirnya menjadi perdebatan karena terdapat masyarakat yang pro & kontra ditengah masalah yang dihadapi akibat pandemi Covid-19. Menggunakan analisis semiotika, peneliti berusaha mengungkap realitas yang dibuat oleh aparat penegak hukum dan pemerintah dengan dihapusnya mural tersebut. Dengan begitu mural ini tidak dianggap bias sehingga dapat mengetahui bahwa mural ini berusaha untuk melakukan kritik sosial kepada pemerintah. Dengan bersandar pada paradigma konstruktivis, metode penelitian kualitatif serta penggunaan teknik analisis data dari segitiga makna Peirce. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi dengan keabsahan data menggunakan model triangulasi sumber dan metode. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa mural tersebut merupakan manifestasi kritik sosial dari muralist terhadap pemerintahan presiden Jokowi dimasa pandemi Covid-19. Setelah kelima mural tersebut ditafsirkan terdapat tanda pada setiap illustrasi dan kalimat yang mengungkap berbagai sindiran pada permasalahan sosial yang terjadi selama pandemi. Penyampaian pesan tersebut dibalut dengan humor, satir, sarkasme pada kebijakan, isu serta wacana pemerintah yang muncul pada kala itu. Dalam situasi ini pemerintah terlihat memutar balikkan fakta dengan mengkambing hitamkan muralis karena telah menyindir, memprovokasi serta menghina pemerintah.