Pamali pada zaman dahulu digunakan sebagai sebuah aturan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, biasanya di ceritakan dari mulut kemulut. Dalam pamali Sebagian besar berisi ajaran mengenai etika serta tata cara dalam berkehidupan tetapi ada beberapa pamali berhubungan dengan hal-hal berbau mistis dan menakut-nakuti pendengar dengan menyelipkan beberapa makhluk mistis pula atau yang disebut mahkluk leganda urban di tempat tersebut. Tetapi pada zaman modern ini dimana teknologi dan pengetahuan mudah di dapatkan, maka fungsi pamali pada saat ini berubah dan nilai-nilainya sudah tidak sesuai untuk diterapkan pada zaman modern. Penelitian menggunakan metode kualitatif menyatakan 41.8% remaja jarang mendengar pamali disekitar mereka karena cara penyampaian dan nilainya yang sudah tidak sesuai, pamali sekarang lebih cocok menjadi salah satu bentuk budaya masyarakat tradisional milik bangsa Indonesia yang layak untuk di lestarikan dan direruskan kepada generasi seterusnya agar budaya pamali ini tidak hilang atau dilupakan begitu saja. Oleh karena itu upaya pelestariannya adalah membuat sebuah media animasi dengan tujuan hiburan dan pembelajaran tidak langsung yang disampaikan melalui berbagai karakter yang dibuat dengan penelitian agar anak-anak merasa familiar dengan diri merekak disertai pengenalan mahluk legenda urban pula.