Pernikahan lintas etnis menghadapi tantangan yang kompleks dan mitos yang berdampak negatif pada hubungan pernikahan dan kesejahteraan psikologis pasangan. Mitos ini terkait dengan pandangan stereotip dan prasangka yang ada dalam masyarakat. Perbedaan budaya menjadi faktor penyebab mitos ini, di mana setiap etnis memiliki sistem kebudayaan dan nilai budaya yang berbeda. Mitos ini juga dipengaruhi oleh prasangka sosial dan perbedaan tradisi serta keyakinan keluarga pasangan. Penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan studi pustaka, wawancara, observasi, dan kuesioner sebagai metode pendukung dalam observasi. Proses perancangan film melibatkan tiga fase utama: pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi. Dalam konteks film "Restu," konsep teknik sinematografi yang mendasari film ini terkait dengan teori formalisme oleh Sergei Eisenstein, yang menyoroti elemen-elemen seperti komposisi visual, sudut kamera, dan aliran kontinuitas. Melalui film "Restu," tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan rancangan, konsep, dan penerapan teknik sinematografi dalam membawakan cerita tersebut. Dalam konteks ini, film "Restu" membuktikan bahwa mitos terkait pernikahan antar etnis yang telah tersebar dalam masyarakat tidak sepenuhnya benar. Ada faktor-faktor yang mendorong agar mitos ini tidak hanya dianggap sebagai kebenaran mutlak. Salah satu cara untuk mengatasi mitos ini adalah dengan menunjukkan toleransi terhadap budaya yang berbeda antar etnis. Mitos yang muncul di tengah masyarakat terkait pernikahan antar etnis, karenanya, memerlukan pemahaman yang lebih mendalam dan pandangan yang lebih luas.
Kata Kunci : Sinematografi, Pernikahan Antar Etnis, Mitos