Kursi lipat (folding chair) pada dasarnya memiliki sistem lipat berbentuk engsel sebagai titik tumpu dan peranan penting yang harus lebih diperhatikan. Di masyarakat, penggunaan kursi lipat yang agresif dan intensif membuat engsel pada sistem lipat menjadi aus yang mengakibatkan rangka kursi terkikis dan engsel menjadi longgar bahkan patah. Dengan ini kursi lipat menjadi kurang tahan lama dan menjadi sampah furniture yang menumpuk sehingga dapat merusak lingkungan. Pada salah satu industri, PT Chitose Indonesia Manufacturing merupakan perusahaan yang menjual kursi lipat dengan tingkat minat paling tinggi di Masyarakat khususnya pada tipe Yamato HAA, namun juga masih banyak sekali ditemui kursi lipat Chitose yang mengalami kerusakan. Perancangan ini dilakukan untuk mengatasi permasalahan dari sistem engsel yang kurang tahan lama terfokus pada material pada mekanisme engsel. Dengan penggunaan metode kualitatif pendekatan studi kasus, data diambil dan divalidasi dari pengalaman dan sudut pandang seseorang dengan menganalisa lebih lanjut permasalahan yang terjadi. Perancangan dibantu dengan metode SCAMPER karena berangkat dari produk yang sudah ada sebelumnya, dimana hasil dari perancangan ini adalah dibuatnya furniture kursi lipat dengan tingkat daya tahan yang lebih tinggi pada aspek mekanisme engsel didukung dengan material rangka kursi yang lebih baik yang tahan lama.
Kata Kunci: kursi lipat, furniture, engsel, aus, Chitose, tahan lama.