Laporan ini akan membahas dinamika perubahan sosial budaya, dengan penekanan pada peran pengalaman individu dalam membentuk identitas unik suatu tempat atau daerah. Kasus yang disorot adalah Masyarakat Desa Gunung Puntang yang berhasil mengadaptasi diri secara efektif dalam menghadapi perubahan sosial budaya melalui pengembangan usaha penanaman kopi. Hal ini berdampak pada aspek ekonomi dan positif pada pendidikan. Awalnya, tantangan akses pendidikan di desa tersebut dibatasi oleh kendala geografis dan ekonomi. Namun, masih banyak daerah lain yang menghadapi kesulitan dalam pola hidup mereka, dengan proses adaptasi yang kompleks dan menantang, terutama dalam konteks perubahan sosial, ekonomi, dan budaya yang dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan berfokus pada pendekatan lokalitas. Metodologi melibatkan Teknik Observasi, Wawancara, Studi Pustaka, dan Kuisioner. Hasil temuan diterapkan dalam pembuatan film fiksi, yang mengacu pada karya serupa seperti "Negeri Di Bawah Kabut" (2011), "Filosofi Kopi" (2015), dan "Warisan" (2021). Temuan menunjukkan bahwa pendekatan naratif dalam penyutradaraan film adalah pendekatan yang efektif dalam menyampaikan pesan dan mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, peran penyutradara menjadi krusial dalam produksi film, memastikan keseluruhan aspek film berkontribusi pada penyampaian pesan yang efektif dan pencapaian target yang ditetapkan.
Kata Kunci: Perubahan Sosial Budaya, Masyarakat Desa Gunung Puntang, Film Fiksi, Penyutradaraan.