Bordir 3 dimensi umumnya menggunakan aplikasi tambahan agar memberikan relief dan kesan hidup di permukaan kain, namun pengolahan bordir 3 dimensi ini masih dapat berkembang, salah satunya bordir menggunakan benang wool yang memberikan kesan timbul (emboss) diatas permukaan kain. Teknik Bordir 3 dimensi ini sering ditemukan menjadi patch atau variasi pada jacket, namun jarang kita temukan pada busana lainnya seperti busana ready to wear deluxe. Teknik bordir membutuhkan motif sebagai objek pengolahannya, Motif yang diolah pada penelitian ini adalah motif batik Berau dari Kalimantan timur yang bernama rutun penyu, motif ini memiliki karakteristik unik dengan komposisi yang artistik serta filosofinya, motif ini belum pernah diolah menggunakan teknik lain dan diterapkan pada busana selain busana basic dan formal. Metode Penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan data diperoleh dari hasil observasi pada workshop batik Berau untuk mengetahui karakteristik motif, observasi daerah wisata dan brand/produk sebagai penunjang inspirasi pembuatan desain busana. Dilakukan juga wawancara dengan pengrajin batik untuk mengetahui makna dan filosofinya. Studi literatur tentang bordir, batik Berau, dan Busana. Hasil dari penelitian ini yaitu teknik bordir 3 dimensi menggunakan benang wool dapat memberikan efek timbul (emboss) diatas permukaan kain secara langsung tanpa aplikasi tambahan, kesan timbul ini tercipta dari benang wool yang lebih tebal daripada benang biasa, mengisi bentuk/motif secara rapat dan bertumpuk diatas kain. Motif batik Berau harus dikomposisikan ulang dan memiliki ukuran serta jarak yan berbeda dari aslinya, karena hal ini mempengaruhi efek timbul dari teknik bordir 3D. Komposisi motif disesuaikan dengan bidang busana yang telah dibuat, kemudian dilakukan ekplorasi untuk penempatan tiap komposisi diatas pola busana.