Setelah adanya pandemi, kebutuhan infrastruktur akan rumah sakit menjadi hal yang penting. Pemerintah mendorong peningkatan fasilitas kesehatan dengan membuka peluang pembiayaan asing maupun lokal serta membuka Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak. Meningkatnya peningkatan fasilitas kesehatan tentu membutuhkan dana yang harus disiapkan perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan, di mana sumber dana dapat menggunakan utang bank maupun ekuitas. Keputusan dari penggunaan sumber dana ini akan mempengaruhi biaya modal yang akan ditangung oleh perusahaan. Komposisi utang bank dan modal perlu di perhitungkan untuk meningkatkan nilai kekayaan pemegang saham.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deduktif, di mana menggunakan data-data yang ada secara umum untuk kemudian membuat suatu kesimpulan secara khusus. Jenis penelitian yang digunakan adalah analisa kuantitatif untuk menentukan struktur modal optimal perusahaan rumah sakit yang telah listing di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Purposive Sampling.
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cost of Equity, Cost of Debt, WACC, DCF dan Cost of Financial Distress. Objek penelitian yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah struktur modal optimal pada perusahaan di industri rumah sakit di Indonesia dilihat dari pola ekspansi perusahaan apakah termasuk agresif atau moderat.
Penelitian ini melakukan perhitungan struktur modal optimal pada industri rumah sakit melalui pendekatan nilai perusahaan tertinggi dengan mempertimbangkan biaya modal terendah dan juga risiko kebangkrutan yang mungkin terjadi. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai struktur modal optimal HEAL sebesar 70% utang dan 30% ekuitas, MIKA sebesar 35% utang dan 65% ekuitas, dan PRIM sebesar 2% utang dan 98% ekuitas. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang melakukan ekspansi secara agresif memiliki proporsi nilai utang bank yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang melakukan ekspansi secara moderat.
Kata Kunci : Free Cash Flow to Firm , Struktur Modal Optimal, Valuasi, WACC
Setelah adanya pandemi, kebutuhan infrastruktur akan rumah sakit menjadi hal yang penting. Pemerintah mendorong peningkatan fasilitas kesehatan dengan membuka peluang pembiayaan asing maupun lokal serta membuka Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak. Meningkatnya peningkatan fasilitas kesehatan tentu membutuhkan dana yang harus disiapkan perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan, di mana sumber dana dapat menggunakan utang bank maupun ekuitas. Keputusan dari penggunaan sumber dana ini akan mempengaruhi biaya modal yang akan ditangung oleh perusahaan. Komposisi utang bank dan modal perlu di perhitungkan untuk meningkatkan nilai kekayaan pemegang saham.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deduktif, di mana menggunakan data-data yang ada secara umum untuk kemudian membuat suatu kesimpulan secara khusus. Jenis penelitian yang digunakan adalah analisa kuantitatif untuk menentukan struktur modal optimal perusahaan rumah sakit yang telah listing di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Purposive Sampling.
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cost of Equity, Cost of Debt, WACC, DCF dan Cost of Financial Distress. Objek penelitian yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah struktur modal optimal pada perusahaan di industri rumah sakit di Indonesia dilihat dari pola ekspansi perusahaan apakah termasuk agresif atau moderat.
Penelitian ini melakukan perhitungan struktur modal optimal pada industri rumah sakit melalui pendekatan nilai perusahaan tertinggi dengan mempertimbangkan biaya modal terendah dan juga risiko kebangkrutan yang mungkin terjadi. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai struktur modal optimal HEAL sebesar 70% utang dan 30% ekuitas, MIKA sebesar 35% utang dan 65% ekuitas, dan PRIM sebesar 2% utang dan 98% ekuitas. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang melakukan ekspansi secara agresif memiliki proporsi nilai utang bank yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang melakukan ekspansi secara moderat.
Kata Kunci : Free Cash Flow to Firm , Struktur Modal Optimal, Valuasi, WACC