Kayu menjadi salah satu komoditas bahan baku yang banyak digunakan di Indonesia. Salah satu produk yang menggunakan bahan baku kayu adalah barecore. Seperti pada PT. Cebong Kayuindo yang merupakan produsen barecore dengan menggunakan sistem produksi make to stock. Dalam melakukan proses produksinya, perusahaan PT. Cebong Kayuindo tidak dapat memprediksi permintaan konsumen dan mengatur jadwal produksi secara efektif dan efisien sehingga berdampak pada total cost perusahaan. Maka dari itu perlu menganalisis operasi sehari-hari dengan membuat rencana bisnis yang terpadu. Tahapan yang dilakukan adalah forecasting untuk mendapatkan peramalan permintaan, kemudian dilanjutkan dengan mengintegrasikan semua aspek perencanaan dalam perusahaan, mulai dari penjualan, produksi, inventory, hingga keuangan menggunakan perancangan sales and operation planning (S&OP). Serta perlu dilakukan penjadwalan produksi agregat menjadi rencana yang lebih spesifik pada setiap produk agar diperoleh jadwal produksi yang lebih rinci dan spesifik menggunakan master production scheduling (MPS). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dalam merancang penjadwalan produski yang lebih optimal, dilakukan perhitungan aggregate planning menggunakan 4 skenario. Penggunaan skenario 1 chase strategy menghasilkan hasil akhir total cost sebesar Rp5.063.409.364,49, skenario 2 level strategy menghasilkan total cost sebesar Rp6.476.192.748,17, skenario 3 mix strategy menghasilkan total cost sebesar Rp4.238.342.748,17, sedangkan skenario 4 yang akan digunakan setelah adanya pembagian jadwal dan perhitungan ulang mengenai produktivitas yang seharusnya dilakukan menghasilkan total cost sebesar Rp3.657.726.081,51. Hal tersebut dipengaruhi karena hasil inventory yang dihasilkan sebesar 22,62 M3 sehingga tidak memakan biaya penyimpanan yang terlalu besar, dan tidak adanya biaya hiring dan firing sehingga terdapat penghematan biaya pada perusahaan.