KPK diharuskan untuk menjadi lembaga sentral yang berperan penting dalam mengatasi praktik korupsi di berbagai lapisan masyarakat. Namun ironisnya, fenomena korupsi juga mengemuka dalam sebuah skandal yang melibatkan anggota KPK sendiri bahkan pimpinan tertingginya, Ketua KPK 2019-2023 Firli Bahuri, yang ditetapkan sebagai tersangka korupsi pada tanggal 22 November 2023 dan mencatatkan sejarah baru di Indonesia. Adanya perlawanan yang dilakukan oleh Firli Bahuri dengan mengajukan pra-peradilan menyoroti kompleksitas dan tantangan yang dihadapi oleh lembaga anti-korupsi ini dan menarik perhatian banyak pihak, termasuk media. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tiga media daring dalam memproduksi teks, wacana berdasarkan ideologi dan kepentingan media, serta bagaimana mereka membangun representasi berdasarkan konteks eksternal media dan politik di Indonesia. Penulis menggunakan Analisis Wacana Kritis (AWK) Fairclough untuk penelitian ini dan hasilnya adalah ketiga media daring yaitu detikcom, kompas.com, dan tempo.co dalam menciptakan wacana memiliki kecenderungan untuk memihak pada salah satu instansi karena terkait dengan ideologi masing-masing perusahaan media. Pada level sosiokultural, terdapat hubungan antara kasus korupsi di Indonesia, kebijakan pemerintah, dan respon masyarakat terhadap wacana konflik perlawanan Firli Bahuri.
Kata Kunci : KPK, Firli Bahuri, Wacana Perlawanan, Analisis Wacana Kritis, Media Daring