Proses pengeringan kayu merupakan langkah penting dalam memproduksi furniture, bertujuan untuk menurunkan kadar air guna mencegah masalah seperti penyusutan, retak, dan lubang. Kayu yang tidak dikeringkan dengan optimal rentan mengalami perubahan bentuk, keretakan, dan serangan hama. Kualitas kayu yang buruk akibat pengeringan yang tidak optimal dapat mengurangi estetika dan umur pakai, sehingga sangat penting untuk memastikan kayu dikeringkan dengan tepat sebelum digunakan dalam pembuatan furniture. CV Jati Antik, sebuah perusahaan yang berlokasi di Klaten, Jawa Tengah, memproduksi dan memasarkan berbagai produk furniture , termasuk meja stand TV. Namun, perusahaan ini menghadapi kendala dalam proses produksi yang teridentifikasi melalui analisis fishbone diagram, di mana tingkat produk defect pada produksi tahun 2021 sampai tahun 2024 melebihi toleransi yang telah ditetapkan, yakni sebesar 2%. Proses terjadinya masalah tersebut terjadi dari CTQ Proses yaitu pada proses pengeringan. Usulan yang diberikan berupa perancangan meja rotasi berukuran 4 meter guna memastikan kayu kering secara merata, perancangan sistem alarm untuk menjaga stabilitas suhu dalam rentang 60-70 ºC, penggunaan timer untuk mengatur durasi pengeringan selama 14 hari. Penelitian ini menggunakan analisis DMAI (Define, Measure, Analyze, Improve) sebagai pendekatan pemecahan masalah yang terstruktur dan metode Quality Function Deployment (QFD) diterapkan pada tahap improve.
Kata Kunci – Defect, DMAI, QFD, Furniture, Fishbone Diagram.