Pemanfaatan teknologi dalam pendidikan tinggi, lewat platform pembelajaran daring, menjadi pilar utama dalam proses belajar-mengajar. Universitas Telkom, sebagai institusi berbasis teknologi, mengimplementasikan dua platform utama: Massive Open Online Courses (MOOC) yang bersifat terbuka dan Learning Management System (LMS) yang terintegrasi ke dalam sistem akademik. Meskipun keduanya bertujuan mendukung pembelajaran, karakteristik yang berbeda berpotensi memengaruhi cara mahasiswa menerima serta melanjutkan penggunaan kedua platform tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan perilaku mahasiswa dalam adopsi dan niat keberlanjutan terhadap MOOC dan LMS CELOE, sekaligus mengidentifikasi faktor-faktor penentu yang paling signifikan untuk masing-masing platform.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei yang disebarkan kepada 200 pengguna MOOC dan 200 pengguna LMS yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Kerangka teori yang digunakan adalah integrasi dari Technology Acceptance Model (TAM) dan Expectation-Confirmation Model (ECM), mengadopsi model dari penelitian Harnadi et al. (2024). Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM) untuk menguji 14 hipotesis yang diajukan untuk setiap model platform.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan perilaku yang fundamental. Adopsi MOOC sebagian besar sejalan dengan teori TAM, di mana persepsi kemudahan dan kegunaan secara positif membentuk sikap. Sebaliknya, adopsi LMS menunjukkan temuan anomali yang signifikan; persepsi kemudahan penggunaan justru berpengaruh negatif terhadap sikap, sementara kegunaan tidak berpengaruh signifikan terhadap sikap. Perbedaan kontras juga ditemukan pada niat keberlanjutan: pada MOOC, niat lanjut didorong oleh sikap positif namun secara anomali diturunkan oleh kepuasan. Sebaliknya, pada LMS, niat lanjut justru didorong oleh kepuasan namun diturunkan oleh sikap positif. Faktor yang paling berpengaruh pada MOOC adalah Self-Efficacy dan Attitude , sedangkan pada LMS adalah Confirmation dan Information Quality .
Penelitian ini menyimpulkan bahwa model penerimaan teknologi tidak dapat diterapkan secara seragam; konteks penggunaan (sukarela vs. wajib) secara fundamental mengubah faktor-faktor pendorongnya. Secara praktis, temuan ini memberikan rekomendasi strategis bagi Telkom University untuk mengelola kedua platform secara berbeda, dengan fokus pada penguatan keyakinan diri dan sikap untuk MOOC, serta memastikan keandalan fungsional dan kepuasan berbasis pemenuhan ekspektasi untuk LMS
Kata Kunci: Penerimaan Teknologi, MOOC, LMS, TAM, ECM, Perilaku Mahasiswa