Peluncuran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) baru di Indonesia memicu respons publik yang beragam. Di satu sisi, Danantara diharapkan mampu mengoptimalkan pengelolaan aset negara dan memperkuat perekonomian nasional. Di sisi lain, publik mengkritisi transparansi dan potensi intervensi politik dalam pengelolaannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sentimen publik terhadap Danantara berdasarkan data dari media sosial Twitter, Instagram, dan TikTok. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode Support Vector Machine (SVM) untuk klasifikasi sentimen, yang kemudian diperluas menggunakan logika fuzzy agar dapat dibedakan ke dalam lima kategori (Sangat Negatif, Negatif, Netral, Positif, dan Sangat Positif). Data dikumpulkan dengan teknik crawling, terdiri atas total 19.092 data, 5.544 tweet dari Twitter, 6.974 komentar dari Instagram, dan 6.574 komentar dari TikTok. Seluruh data diproses melalui tahapan pre-processing, klasifikasi SVM, serta pemetaan fuzzy untuk memperkaya skala interpretasi sentimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sentimen negatif paling dominan, khususnya menyangkut isu transparansi dan kekhawatiran terhadap potensi korupsi. Meski demikian, sentimen positif juga muncul, terutama dalam bentuk dukungan terhadap potensi ekonomi Danantara. Model SVM memberikan akurasi yang baik dalam mengklasifikasikan data, sementara logika fuzzy berhasil meningkatkan kedalaman pemahaman terhadap intensitas opini publik. Penelitian ini berkontribusi dalam pengembangan model analisis sentimen yang lebih adaptif terhadap dinamika sosial digital. Secara praktis, temuan ini dapat menjadi landasan bagi pembuat kebijakan dalam memahami persepsi publik dan mengevaluasi penerimaan terhadap kebijakan strategis seperti Danantara.