Mengamen secara berkelompok dengan beragam alat musik merupakan wajah baru pengamen jalanan kota Bandung. Pengamen merupakan fenomena sosial yang sering kita jumpai dalam kehidupan masyarakat. Menjadi seseorang pengamen merupakan suatu pilihan yang tidak mudah mengingat pengamen kerap bergelut dengan kehidupan jalanan yang kejam. Pekerjaan sebagai pengamen memanglah beresiko akan adanya tanggapan yang negatif dari masyarakat sekitar. Stigma yang sudah tertanam dalam pandangan sebagian masyarakat membuat masyarakat mengeneralisasi seluruh pengamen jalanan. Persoalan stigma tersebut masih dihadapi oleh kelompok pengamen jalanan kota Bandung. Stigma mengakibatkan timbulnya pembedaan perlakuan atau tindakan terhadap individu atau kelompok yang terkena stigma. Oleh karena itu, perlu adanya media untuk menyampaikan pesan kepada khalayak mengenai permasalahan yang diangkat. Penulisan laporan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dari penelitian ini didapatkan dari studi pustaka, observasi, wawancara, dan kuesioner. Variabel data dan analisis penelitian terdiri dari tiga aspek yakni objek penelitian, karya sejenis, dan khalayak sasar. Hasil penelitian didapatkan bahwa stigma terhadap kelompok pengamen jalanan penting untuk dikomunikasikan kepada khalayak sasar melalui rangkaian cerita fiksi dengan penokohan yang cukup jelas dalam menjelaskan gambaran dirinya dalam film. Film ini diproduksi dalam bentuk film pendek fiksi dengan genre drama. Tahap pengembangan lebih dalam dilakukan sutradara mulai dari tahapan praproduksi, produksi, hingga pascaproduksi.