Passompe, julukan lain dari Suku Bugis yang melakukan Diaspora/ merantau keluar dari daerah asal mereka yaitu Sulawesi Selatan. Suku Bugis mulai melakukan Diaspora secara kecil-kecilan mulai dari tahun 1600 dan secara besar-besaran pada tahun 1900. Mereka berpencar keluar dari sulawesi selatan menuju provinsi hingga negara lain. Namun, kehebatan diaspora Suku Bugis kini tidak dikenali lagi utamanya oleh remaja Sulawesi Selatan. Sehingga untuk menghindari hilangnya identitas tersebut, maka didesain suatu museum di Sulawesi Selatan tepatnya di Center Point Of Indonesia. Dengan mengangkat konsep tematik, Museum Diaspora Bugis ini dibagi menjadi beberapa area yang dirunutkan dari area diaspora umum, perkapalan, perikanan, agrikultur, keagamaan, peperangan hingga kerajaan. Pada keseluruhan area tersebut memiliki suasana ruang sesuai dengan koleksi yang dipajang di area tersebut. Metode yang dilakukan pada perancangan ini adalah metode kualitatif yang didukung dengan observasi lapangan. Dengan pendekatan lokalitas dengan tema kapal pinisi pada museum diaspora bugis, diharapkan perancangan kali ini dapat kembali mengenalkan dan menghidupkan Kembali budaya dan sejarah suku bugis yang telah terserus gelombang modernisasi. Pendekatan lokalitas juga diharapkan dapat menjadi suatu tema yang mendukung pengelompokan pada storyline museum. Sehingga, dengan pendekatan diatas, dapat menyelesaikan permasalahan yang telah dipaparkan utamanya dalam modernisasi sekarang.
Kata Kunci : Museum, Diaspora, Bugis, Tematik, Suasana ruang