Perpustakaan khusus berperan dalam menyediakan sumber daya informasi yang memiliki fokus koleksi yang terbatas pada topik atau jenis bahan tertentu yang sangat spesifik untuk sekelompok pengguna tertentu. Kota Bandung terpilih sebagai salah satu anggota Creative Cities Network yang digagas oleh UNESCO. Selain itu, Jawa Barat memberikan sumbangan paling tinggi ekspor produk ekraf sebesar 33,98%. Terdapat strategi pengembangan Kota Kreatif melalui pendidikan non-formal berupa perpustakaan dan terdapat data hasil kuesioner kepada para pelaku kreatif, dimana 64,2% dari 82 responden menyebutkan bahwa mereka merasa kesulitan untuk menemukan referensi buku sektor kreatif yang ditekuni pada perpustakaan umum saat ini. Terdapat fenomena digital natives dan seringnya masyarakat berkunjung ke perpustakaan secara berkelompok. Maka dari itu, tujuan dari perancangan ini adalah menciptakan sarana tempat dengan fasilitas khusus yang dapat menunjang sektor industri kreatif dengan pembagian ruang sesuai dengan pengguna secara individu dan berkelompok secara seimbang, serta menghadirkan fasilitas penunjang dalam sistem pembelajaran berbasis teknologi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu dengan melakukan pencarian dan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan kuesioner pada saat kunjungan ke lokasi studi banding. Selain itu, penulis juga melakukan pengumpulan data melalui studi literatur yang terkait dengan obyek perancangan. Dari permasalahan yang ada, maka perancangan baru perpustakaan ini menggunakan pendekatan learning commons yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pengunjung yang melibatkan terpenuhinya fasilitas khusus dan optimalisasi pemanfaatan ruang perpustakaan agar menciptakan lingkungan secara maksimal dan nyaman sesuai dengan berbagai karakter kelompok pengunjung dan dilengkapi dengan fasilitas penunjang berbasis teknologi yang dapat diakses oleh pengunjung sehingga mendukung kegiatan edukatif.