Seni lukis telah berkembang dari Renaisans hingga era digital, mencerminkan perubahan budaya dan sosial. Di Indonesia, seniman seperti Affandi dan Raden Saleh menggabungkan elemen lokal dengan estetika internasional. Namun, praktik seni lukis sering berdampak negatif pada lingkungan. Di Kampung Seni Jelekong, pengelolaan limbah dari proses melukis belum optimal, dan upaya lukisan ramah lingkungan belum sepenuhnya berhasil karena rendahnya minat pelanggan. Penelitian ini bertujuan meningkatkan praktik lukisan ramah lingkungan di Kampung Seni Jelekong melalui Empathy Mapping. Empati membantu penulis memahami pengguna dan situasi mereka (Neubauer et al., 2017) serta bagaimana praktik lukisan dirasakan oleh pengguna (Parrish, 2006), yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil yang diperoleh (Lewis & Contrino, 2016). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif eksploratif dengan unit analisis individu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pihak internal melihat potensi pengembangan segmen lukisan ramah lingkungan, tetapi menghadapi kendala dalam mendapatkan bahan berkualitas dan meningkatkan permintaan. Pihak eksternal menghargai nilai lingkungan dari lukisan, namun kesulitan memahami manfaat lukisan ramah lingkungan. Kebutuhan utama adalah akses ke bahan berkualitas tinggi dan edukasi untuk meningkatkan permintaan serta dukungan terhadap lukisan ramah lingkungan.
Kata Kunci : Lukisan ramah lingkungan, Emphaty Map, Kampung Seni Jelekong, keberlanjutan.