Dunia transportasi adalah salah satu bagian penting dalam era modern ini, dan kemajuan serta inovasi dalam meningkatkan kinerja dari kendaraan yang dipakai oleh kita sehari-hari dapat bermanfaat untuk meningkatkan nilai dari aktivitas yang bergantung pada aspek transportasi tersebut. Indonesia sudah memulai transisi dalam adopsi kendaraan listrik salah satunya adalah mobil listrik. Saat ini Indonesia sudah mempunyai 71.378 unit mobil listrik yang sudah beroperasi di jalanan Indonesia, namun angka ini masih sangat kecil jika di bandingkan dengan target pemerintah Indonesia yang menargetkan 2 juta mobil listrik pada tahun 2030. Pemerintah pun sudah mempermudah adopsi ini dengan bantuan diskon PPN untuk mobil listrik namun masih belum cukup untuk meningkatkan perkembangan mobil listrik di Indonesia untuk mengejar target yang akan datang dalam 5 tahun lagi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Perceived Value atau dapat di artikan menjadi Nilai yang di tangkap oleh konsumen Indonesia yang berpengaruh kepada intensi membeli mobil listrik serta mengetahui apakah information overload mempengaruhi hubungan antara perceived value dan purchase intention.
Teknik Pengambilan data adalah dengan menyebarkan kuesioner secara online dengan responden sebanyak 350 orang yang berada di Indonesia dan akan di analisis menggunakan model Partial Least Square Structure Equation (PLS-SEM).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi nilai berpengaruh positif terhadap minat beli melalui pertimbangan nilai dalam manfaat dan juga risiko EV. Selain itu, kelebihan informasi berpengaruh negatif terhadap hasil persepsi nilai terhadap minat beli mobil ev.
Demi meningkatkan niat beli melalui penilaian keuntungan dan risiko konsumen perlu memahami untuk memfokuskan aspek yang diminati konsumen seperti harga yang terjangkau, fasilitas yang memadai, serta dukungan suku cadang dan service bagi produk EV.