Penelitian ini membahas pemaknaan founder The Room 19 dalam menciptakan atmosfer ruang publik baru melalui perpustakaan independen. The Room 19 dibentuk sebagai respons terhadap minimnya ruang literasi yang inklusif, serta keinginan untuk menghadirkan perpustakaan yang tidak hanya menyediakan bacaan, tetapi juga menjadi ruang aman, terbuka, dan partisipatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang serta tujuan founder dalam membentuk ruang baca ini sebagai ruang publik alternatif yang menjawab kebutuhan sosial masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi dan paradigma konstruktivisme. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman masa kecil, refleksi sosial, dan kegelisahan terhadap ruang baca konvensional menjadi motif yang melatarbelakangi lahirnya inisiatif ini. Sementara itu, tujuan founder mencerminkan keinginan untuk menghadirkan ruang publik berbasis literasi yang mendorong partisipasi aktif masyarakat. The Room 19 menjadi representasi dari ruang publik baru yang tidak hanya mendukung literasi, tetapi juga menjadi wadah bagi terciptanya ruang interaksi yang ramah, terbuka, dan mendukung kebebasan berekspresi.
Kata kunci: fenomenologi, pemaknaan, perpustakaan independen, ruang publik, The Room 19.