Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya kerugian investasi ilegal dan Fear of Missing Out (FOMO) di Indonesia, yang sejalan dengan peningkatan jumlah investor dan tingkat literasi digital, khususnya di Jawa. Kesenjangan antara literasi dan inklusi keuangan pada generasi Y dan Z di Jawa Barat, yang menjadi objek penelitian, semakin memperkuat urgensi studi ini. Information disclosure menjadi fokus penting untuk mengurangi asimetri informasi dan meningkatkan manajemen risiko investasi.
Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan kuesioner pada 443 responden generasi Y dan Z di Jawa Barat yang memiliki pengalaman investasi saham, penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh langsung dan tidak langsung literasi digital, literasi keuangan, jenis kelamin, dan FOMO terhadap keputusan investasi saham, serta peran information disclosure. Hasilnya menunjukkan bahwa semua variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi saham. Information disclosure memediasi hubungan literasi keuangan, jenis kelamin, dan FOMO dengan keputusan investasi saham, namun tidak memediasi hubungan literasi digital. Selain itu, information disclosure sendiri memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap keputusan investasi saham, menekankan pentingnya transparansi.
Secara praktis, penelitian ini berkontribusi pada pengembangan model teoritis yang menyoroti peran market discipline melalui information disclosure. Hasilnya dapat menjadi rujukan bagi OJK dan perusahaan untuk merancang program literasi digital-keuangan dan meningkatkan transparansi informasi demi mencegah penipuan dan meningkatkan kepercayaan investor. Bagi investor, disarankan untuk meningkatkan pemahaman risiko dan memanfaatkan informasi secara kritis. Namun, penelitian ini memiliki keterbatasan pada sampel generasi Y dan Z di Jawa Barat, metode kuantitatif self-report, dan data cross-sectional, sehingga penelitian selanjutnya disarankan untuk memperluas demografi, menambah variabel, dan menggunakan metode campuran.