Dalam era globalisasi, persaingan bisnis menjadi semakin tajam baik dipasar domestik(nasional) maupun internasional. Kompetitor dapat saja mempelajarinya, namun tidak mudah untuk menirunya. Pengalaman emosional pada umumnya lebih sulit dilupakan oleh pelanggan. Oleh karena itu, Bernd Schmitt mencetuskan konsep Experiental Marketing. Menurutnya, menawarkan produk dengan cara mengutamakan fungsional semata, hanya akan membiarkan startegi perusahaan dicuri oleh pesaing. Experiental marketing merupakan cara untuk menunjukkan diferensiasi yang unik dibandingkan kompetitor.
Di era moderensiasi ini bukan hanya kota saja yang mengalami perubahan tapi gaya hidup juga mempengaruhi gaya hidup masyarakatnya. Di tambah pengaruh aspek budaya dan sosial yang datang dari luar negeri membuat pola perilaku masyarakat Indonesia berubah misalnya, masyarakat yang dahulunya menggunakan waktu istirahat siang mereka hanya untuk makan siang, tetapi sekarang mereka juga menggunakannya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Dengan adanya perubahan dan pengaruh ini, maka menyebabkan pergeseran atau perubahan cafe atau coffee shop yang melahirkan fenomena dan budaya baru.
Pertumbuhan bisnis coffee shop di Indonesia bisa dikatakan muncul setelah kehadiran Starbucks Coffee di negara ini. Memang, sebelumnya sudah ada gerai kopi modern di Indonesia. Tapi rupanya belum mampu menggerakkan konsumen untuk datang ke gerai kopi Starbucks. Bisa jadi, hal itu dikarenakan Starbucks adalah merek luar yang justru lebih mudah diterima oleh konsumen di negara ini.
Starbucks telah memberikan standar baru di bisnis coffeeshop lantaran tidak saja memberikan pelayanan yang membuat konsumen nyaman, namun juga rasa yang berkualitas. Sehingga, sejak hadir di Indonesia pada tahun 2002, Starbucks telah tumbuh menggurita di berbagai kota. Setidaknya, Starbucks Coffee sudah memiliki 170 gerai yang tersebar di sekitar 12 kota di Indonesia. Starbucks pun menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat urban dan menjadi penanda kelas sosial tertentu bagi mereka yang menikmati kopi di gerai ini.
Maret 2014 lalu, Starbucks meluncurkan sebuah gerai yang memiliki perbedaan dibanding gerai-gerai lainnya, yaitu Starbucks Reserve. Di dalam gerai ini, terdapat tiga hal yang menjadi satu, yaitu desain outlet, rasa, dan pelayanan. Melalui Starbucks Reserve ini, gerai kopi asal Amerika Serikat ini juga ingin mengingatkan pada konsumen bahwa Starbucks adalah ahlinya kopi. Lantaran selama ini, orang mengenal Starbucks lewat coffee latte, cappuccinno dan lainnya. “Starbucks Reserve adalah harmoni dari environment ruang yang memiliki sertifikat coffee master. Inilah yang membedakan dengan gerai lainnya,” kata Anthony Cottan, Direktur PT. Sari CoffeeIndonesia.
Sasaran dari Starbucks Reserve adalah orang-orang yang mengerti tentang kopi atau mereka yang ingin mengenal lebih jauh mengenai kopi. Maka dari itu, semua barista di gerai yang terletak di Grand Indonesia lantai tiga ini memiliki sertifikat coffee master. Sedangkan di Starbucks lainnya, mungkin yang bersertifikat coffee master hanya satu atau dua saja. Ciri-ciri coffee master adalah menggunakan apron hitam. Para barista ini tidak saja disiapkan untuk menyajikan minuman, tapi juga memberi penjelasan ke konsumen yang ingin mengenal lebih lanjut mengenai kopi. Hal lain yang membuat gerai ini berbeda adalah jenis kopi yang disajikannya. Kopi yang ditawarkan bisa dikatakan sebagai kopi premium karena jumlahnya yang sangat terbatas. Setidaknya, ada tiga jenis kopi yang tidak ditemukan di gerai Starbucks lainnya. Selain itu, tiap season yang lamanya kurang lebih sekitar 3 bulan, kopi premium yang ditawarkan itu akan berganti. Untuk season ini, kopi yang disajikan adalah Sun-dried Ethiopia Yirgaceffe, Finca Nuevo Mexico, dan Sumatera Lake Toba.
Bila pengunjung tertarik tentang kopi, para barista di Starbucks Reserve akan menceritakan semua hal mengenai kopi-kopi yang disajikan tersebut. Konsumen di Starbucks Reserve tidak saja bisa bertanya, namun juga melihat kopi-kopi itu dibuat. Pengunjung bisa merasakan harumnya aroma kopi yang sedang dibuat oleh barista. Nantinya, Starbucks akan menambah mesin yang disebut Clover yang bisa memberikan apa yang disebut experiental marketing mengenai kopi. Suasana experiental marketing terasa melalui desain gerainya. Untuk membuat desain gerai ini tidak tanggung-tanggung, Starbucks mendatangkan para ahli desain outlet mereka dari Hongkong dan Sattle,AS. Para ahli ini berkeliling Indonesia untuk mencari inspirasi yang kental nuansa lokal.Diperlukan waktu kurang lebih enam bulan untuk merumuskan konsep yang terinspirasi oleh pelabuhan Sunda Kelapa.
Dinding Starbucks Reserve dihias dengan gambar pohon dan bunga kopi. Lalu, terdapat pula ornamen peta Indonesia di salah satu dinding, diperkuat lagi dengan gambar lukisan tangan berpola batik yang semakin membuat gerai ini sangat Indonesia. Singkatnya, ketika kita memasuki Starbucks Reserve suasana yang terbangun adalah gerai kopi bernuansa lokal dengan sentuhan internasional.
Unikanya strategi yang dilakukkan Starbucks Coffee yakni melalui Experiental Marketing, membuat penulis ingin melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Experiental Marketing terhadap keputusan pembelian Starbucks Coffee (Studi Kasus Grand Indonesia)”