Mahkota Binokasih merupakan benda pusaka cagar Budaya sunda yang tersimpan di Museum Prabu Geusan Ulun Kabupaten Sumedang. Mahkota sebagai simbol penobatan raja dalam meneruskan kekuasaan namun saat ini adanya pergeseran makna penggunaan mahkota sebagai pelengkap busana pengantin leluhur Sumedang. Namun pada penggunaan visual mahkota sebagai ragam hias Kasumedang dan menerapannya pada logo Sumedang Puseur Budaya Sunda tidak adanya deskripsi yang konferhensif. Disisi lain adanya kebutuhan penelusuran artefak yang berpotensi menjadi ragam hias dan adanya kebutuhan pengembangan visual ragam hias bagi keraton, museum dan UMKM batik. Melalui upaya Sumedang Puseur Budaya Sunda dalam melakukan rekontruksi budaya adanya peluang pengkajian Mahkota Binokasih sebagai ikon Kabupaten Sumedang dalam aspek tangible dan intangible melalui nilai kebudayaan Sunda. Tujuan penelitian ini adalah memberikan draf rekomendasi aset visual berupa modul ragam hias melalui nilai budaya Sunda sebagai pengkayaan aset dan pengembangan Batik Kasumedangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pengumpulan data melalui observasi lapangan, deep interview, studi dokumen, dan dokumentasi. Teknik analisis data pada nilai budaya menggunakan kosmologi Sunda dan analisis visual menggunakan estetika morfologi dengan tahapan deskriptif, analisis, interpretasi dan penilaian. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa mahkota binokasih memiliki nilai budaya Sunda berupa nilai sejarah, nilai sosial, nilai kehidapan melalui konsep Tri Tangtu Di Buana. Pada analisis visual menghasilkan draf rekomendasi aset modul ragam hias yang dapat digunakan dan dikembangkan dalam pengembangan desain khususnya pada Batik Kasumedangan