Masa remaja merupakan masa yang memiliki risiko tinggi sepanjang proses berkembangnya manusia karena perubahan yang terjadi ditandai dengan adanya perubahan fisik, sikap, perilaku, dan perkembangan intelektual yang dapat mengarah ke arah baik atau buruk didasari oleh bagaimana lingkungan hidup remaja tersebut. Salah satu perilaku buruk yang terjadi pada masa remaja adalah kasus perkelahian massal atau tawuran, perundungan, pencurian, merokok, hingga penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Untuk mengatasi permasalahan terkait kenakalan remaja ini maka diperlukan bantuan dan perhatian dari beberapa pihak, salah satunya adalah Negara yang memiliki wewenang dalam mengatur bagaimana masyarakat hidup. Remaja sendiri memiliki karakter dinamis atau berubah-ubah, bebas, kreatif, energik, minat dan rasa keingintahuan yang tinggi, bersosialisasi, dan mengapresiasi. Karakter-karakter tersebut memiliki keterhubungan dengan kasus kenakalan remaja. Sehingga salah satu cara yang bisa dilakukan oleh Negara adalah dengan adanya fasilitas Gelanggang Remaja. Gelanggang Remaja merupakan fasilitas sarana dan prasarana yang mengakomodasi kegiatan operasional dalam kelas, pengelolaan, dan jasa dengan tujuan mengakomodasi kebutuhan remaja. Salah satu Gelanggang Remaja yang dikelola pemerintah adalah Gelanggang Remaja Kota Bandung dan berdasarkan hasil observasi pada Gelanggang Remaja di Kota Bandung, Jakarta Selatan dan Jakarta Barat ditemukan beberapa permasalahan terkait bagaimana Gelanggang Remaja harus menunjang kegiatan sosialisasi antar pengguna individu dan komunitas, bagaimana penyelesaian interior yang didasari oleh standar pemerintah, dan bagaimana pengkondisian ruang yang didasari oleh keunikan dan kebutuhan akan akustiknya. Dengan merancang interior Gelanggang Remaja Kota Bandung yang didasari oleh penyelesaian masalah-masalah yang ada untuk mengajak penggunanya agar dapat beraktivitas secara optimal berdasarkan kebutuhan dan dapat mengarahkan perilaku remaja dengan mengajak untuk berkegiatan secara positif di Gelanggang Remaja Kota Bandung. Didukung oleh pendekatan yang diangkat pada perancangan yaitu psikologi ruang yang studinya berfokus pada sensasi, persepsi dan atensi.