Rumah BUMN (RB) Bandung merupakan salah satu unit aktif di bawah pengawasan Bank BRI, yang berlokasi di Jalan Jurang No. 50, Kelurahan Pasteur, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung, Jawa Barat. Fungsi utama RB Bandung adalah sebagai pusat data, informasi, dan pelatihan bagi pelaku UMKM. Evaluasi yang dilakukan oleh RB memiliki metode penilaian sendiri yang dikenal sebagai Skoring UMKM Naik Kelas. Skoring UMKM Naik Kelas adalah platform dari Bank BRI yang digunakan untuk menilai skala dan kapabilitas usaha UMKM, dengan tujuan memperkuat dan mendukung usaha setelah mengikuti pelatihan di RB Bandung. Namun, data menunjukkan bahwa dalam periode Juni 2022 hingga Juni 2023, RB Bandung belum berhasil mencapai target skoring UMKM Naik Kelas. Keberhasilan ini terhambat oleh kurangnya pemahaman RB Bandung terhadap preferensi UMKM dalam menjalankan program pelatihan. Salah satu kendala yang menyebabkan tidak tercapainya target adalah materi pelatihan yang hanya bersifat teoritis dan kurang melibatkan praktik. Kegagalan mencapai target skoring UMKM Naik Kelas menghalangi RB Bandung dalam mencapai tujuannya, yakni membantu pertumbuhan berkelanjutan UMKM melalui program pelatihan yang efektif. Oleh karena itu, RB Bandung perlu mengembangkan program pelatihan yang sesuai dengan preferensi UMKM. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah untuk merancang rekomendasi perbaikan pada program pelatihan di RB Bandung dan mengidentifikasi atribut beserta level atribut yang sesuai dengan preferensi UMKM. Metode yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah conjoint analysis dan cluster analysis. Conjoint analysis digunakan untuk menentukan preferensi UMKM, sementara cluster analysis membantu menggambarkan variasi preferensi UMKM dalam komunitas yang sama. Penentuan teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling dengan pendekatan judgment sampling. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif dengan jumlah sampel sebanyak 178 responden yang merupakan UMKM yang mengikuti program pelatihan di RB Bandung. Terdapat beberapa atribut yang menjadi pertimbangan bagi UMKM dalam mengikuti program pelatihan di RB Bandung. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 7 atribut yang akan digunakan, yaitu gaya penyampaian instruktur, materi pelatihan, keberagaman peserta pelatihan, frekuensi pelatihan, gaya penyampaian materi, treatment pasca pelatihan, dan fasilitas pelatihan. Dari hasil pengolahan data secara keseluruhan menggunakan conjoint analysis, terdapat 4 atribut yang berbeda dari kondisi eksisting dan belum terpenuhi oleh RB Bandung. Atribut tersebut meliputi materi pelatihan yang mencakup keterampilan dan pengetahuan, treatment pasca pelatihan yang mencakup pendampingan dan konsultasi, frekuensi pelatihan yang diatur secara serial, serta fasilitas pelatihan yang dilengkapi dengan alat peraga yang memadai. Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan cluster analysis, teridentifikasi 3 cluster membership. Namun, dari ketiga kelompok tersebut, hanya cluster 2 dan cluster 3 yang dapat dipertimbangkan dalam tahap conjoint analysis. Hasil dari conjoint analysis untuk cluster 2 menunjukkan adanya 2 atribut yang berbeda dari kondisi eksisting, yaitu atribut treatment pasca pelatihan yang mencakup pendampingan dan konsultasi, serta atribut materi pelatihan yang mencakup keterampilan & pengetahuan. Sementara itu, pada cluster 3, terdapat 4 atribut yang berbeda dari kondisi eksisting, yaitu treatment pasca pelatihan yang mencakup pendampingan dan koneksi kemitraan, fasilitas pelatihan yang mencakup alat peraga yang memadai, keberagaman peserta pelatihan yang bersifat homogen, serta gaya penyampaian instruktur yang bersifat interaktif. Berdasarkan kombinasi hasil perancangan atribut dari data keseluruhan, cluster 2, dan cluster 3 maka kombinasi yang terpilih sebagai hasil rekomendasi perancangan program pelatihan RB Bandung berdasarkan preferensi UMKM, yaitu gaya penyampaian instruktur yang monoton, materi pelatihan yang meliputi keterampilan dan pengetahuan, peserta pelatihan dengan keberagaman, pelatihan dilakukan satu kali untuk setiap topik, pelatihan dilakukan secara offline, adanya treatment pasca pelatihan berupa pendampingan, serta fasilitas ruang pelatihan yang nyaman. Berdasarkan hasil perancangan atribut pada program pelatihan RB Bandung, fasilitator RB Bandung dapat mengetahui informasi tentang preferensi UMKM terhadap program pelatihan. Rekomendasi yang dihasilkan diharapkan mampu mengatasi keluhan yang sering diutarakan oleh UMKM terhadap program pelatihan di RB Bandung. Atribut dan levelnya yang disusun berdasarkan preferensi UMKM sudah menjadi pengetahuan yang dimiliki oleh fasilitator RB Bandung. Harapannya, perancangan atribut program pelatihan ini akan dipertimbangkan dan diterapkan oleh RB Bandung, sehingga dapat meningkatkan Skoring UMKM Naik Kelas melalui program pelatihan yang sesuai dengan preferensi UMKM. Dalam pelaksanaannya, RB Bandung perlu melakukan riset secara berkala guna memperoleh informasi terbaru tentang tren pelatihan dan preferensi UMKM. Pasalnya, preferensi UMKM dapat berubah seiring berjalannya waktu.