Dianable merupakan UMKM yang berbasis di Kota Bandung dan berfokus pada industri kreatif, khususnya produksi alas kaki handmade. Produk-produk Dianable dibuat oleh pengrajin lokal di wilayah Jawa Barat, khususnya di Cibaduyut, yang terkenal sebagai pusat produksi alas kaki. Dianable menawarkan berbagai jenis alas kaki, termasuk Loafers, Docmart, Flat Mules, Platform Mules, Flat Shoes, Sandals, dan Heel Mules. Namun, produk-produk tersebut menghadapi banyak keluhan dari konsumen.
Keluhan-keluhan yang diterima dapat berdampak signifikan terhadap penjualan produk Dianable. Analisis data ulasan konsumen di Shopee selama satu tahun terakhir dan wawancara pendahuluan dengan 15 responden yang telah menggunakan produk Dianable dalam enam bulan terakhir mengungkapkan beberapa masalah utama. Keluhan-keluhan tersebut meliputi ketidaksesuaian ukuran, kualitas produk yang dianggap kurang memadai, dan kenyamanan alas kaki yang perlu diperbaiki. Masalah-masalah ini berpotensi mempengaruhi penjualan jangka panjang jika tidak ditangani dengan serius.
Untuk mengatasi masalah ini dan memahami kebutuhan konsumen dengan lebih baik, dilakukan penelitian menggunakan Model Kano dan analisis Product Quality. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi atribut kebutuhan produk alas kaki, mengklasifikasikan atribut yang dianggap kuat dan lemah, serta mengelompokkan atribut berdasarkan Model Kano. Penelitian ini juga bertujuan untuk merumuskan atribut kebutuhan konsumen yang sebenarnya (True Customer Needs).
Kuesioner Model Kano dan analisis kualitas produk disebarkan kepada konsumen Dianable dengan kriteria bahwa responden harus memiliki dan telah menggunakan produk alas kaki Dianable dalam enam bulan terakhir. Pada tahap awal kuesioner, dilakukan Screening Question untuk memastikan bahwa responden memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Dari total 135 responden, sebanyak 131 responden memenuhi kriteria penelitian.
Hasil pengolahan data dari 131 kuesioner Product Quality menunjukkan bahwa terdapat 7 atribut yang dinilai sebagai atribut yang kuat dan 8 atribut yang dinilai sebagai atribut yang lemah. Selain itu, analisis data kuesioner Model Kano mengidentifikasi 9 atribut kebutuhan dalam kategori one-dimensional, 5 atribut dalam kategori must-be, dan 1 atribut dalam kategori attractive.
Integrasi hasil dari kuesioner Product Quality dan Model Kano menghasilkan pemetaan kebutuhan sebagai berikut: 6 atribut kebutuhan perlu dipertahankan, 8 atribut kebutuhan perlu ditingkatkan, dan 1 atribut kebutuhan perlu dikembangkan. Temuan ini memberikan dasar yang jelas untuk perbaikan produk Dianable, dengan fokus pada peningkatan atribut yang dianggap lemah dan pengembangan atribut yang kurang memadai.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, ditemukan sembilan atribut kebutuhan utama konsumen yang harus diprioritaskan oleh Dianable. Atribut-atribut tersebut meliputi penggunaan bahan berkualitas tinggi, kenyamanan bantalan tumit, sol dalam yang empuk, serta fitur anti-slip. Selain itu, produk harus memiliki daya rekat yang kuat, ukuran yang sesuai dengan standar industri, dan konsistensi ukuran antarproduk. Dianable juga perlu menyediakan produk dalam berbagai pilihan warna yang menarik dan model yang trendi untuk memenuhi preferensi konsumen yang beragam.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu Dianable dalam merancang perbaikan produk di masa mendatang. Dengan memahami true customer needs dan memperbaiki atribut-atribut yang dinilai kurang memuaskan, Dianable dapat meningkatkan kualitas produk secara signifikan. Upaya ini diharapkan tidak hanya dapat meningkatkan kepuasan konsumen dan loyalitas, tetapi juga mendukung pertumbuhan bisnis Dianable ke depan. Penelitian ini memberikan dasar yang kuat untuk strategi perbaikan produk yang lebih efektif dan berorientasi pada kebutuhan konsumen, yang pada akhirnya akan mendukung keberlanjutan dan perkembangan bisnis UMKM tersebut.
Kata kunci: Product Quality, Model Kano, True Customer Needs.