Perancangan Museum Lipa Sabbe di Kota Makassar ini bertujuan untuk merancang sarana edukasi dan sarana rekreasi guna memperkenalkan warisan budaya seni tenun Lipa Sabbe kepada masyarakat serta sebagai sarana konservasi. Hal ini juga sebagai bentuk upaya mengembangkan kekayaan dan keberagaman budaya, agar dapat mendorong perkembangan ekonomi kreatif. Lipa Sabbe itu sendiri berasal dari Bahasa Bugis yang berarti kain sarung tenun khas bugis. Sebagai warisan budaya, Lipa Sabbe memiliki wujud nyata visual yaitu bentuk, nilai, dan fungsi dalam masyarakat. Perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang juga telah meninggalkan dan melupakan nilai-nilai yang terkandung dalam kain Lipa Sabbe. Padahal status Lipa Sabbe memegang peranan penting dalam kehidupan orang Bugis. Konsep perancangan museum ini diharapkan mampu menciptakan pengalaman suasana ruang sesuai dengan tema makna simbolis Lipa Sabbe yang telah ditetapkan, guna melestarikan nilai-nilai filosofis dari makna kain Lipa Sabbe. Aspek interior dirancang dengan menata story line, flow activity, penataan koleksi, dan layout koleksi benda pamer dengan sentuhan teknologi interaktif agar dapat menarik pengunjung untuk menjelajahi museum sesuai dengan alur yang telah dirancang secara teratur untuk Museum Lipa Sabbe. Dengan perancangan museum ini, diharapkan masyarakat dapat senantiasa mempertahankan nilai-nilai tradisi yang terkandung dalam Lipa Sabbe sebagai bentuk ciri khas budaya Bugis agar tidak ditinggalkan dan dilupakan.
Kata Kunci: Museum, Lipa Sabbe, Bugis, Analogi, Interior.