Book Review - Franz Junghuhn Berkelana di Pulau Jawa

30 September 2025 Oleh mzakyrakhmat Dilihat 215 kali

Open Library Book Review

            

Franz Junghuhn Berkelana di Pulau Jawa

Malik Ar Rahiem

Subject: Physical Geography

Publisher: Self-publishing, 2024

Menelusuri Jejak Sang Humboldt dari Jawa dalam Lintasan Ilmu dan Imajinasi

Pembuka: Malik Ar Rahiem dan Dedikasi terhadap Ilmu Geografi Historis

Malik Ar Rahiem adalah seorang geolog dan penulis yang memiliki ketertarikan mendalam terhadap sejarah ilmiah dan eksplorasi alam di Indonesia. Dalam buku Franz Junghuhn: Berkelana di Pulau Jawa, Malik tidak hanya menyajikan terjemahan dan interpretasi atas catatan perjalanan Junghuhn, tetapi juga menghidupkan kembali semangat ilmiah dan humanistik dari seorang naturalis Jerman yang dijuluki sebagai “Humboldt dari Jawa”.

Junghuhn, yang datang ke Hindia Belanda pada tahun 1835 sebagai dokter militer, segera menemukan panggilan hidupnya dalam menjelajahi gunung-gunung, hutan, dan lanskap Pulau Jawa. Ia mencatat dengan teliti, melukis dengan imajinasi, dan menulis dengan gaya yang puitis namun tetap ilmiah. Malik, melalui buku ini, berhasil menjembatani warisan Junghuhn kepada pembaca modern, khususnya generasi akademik yang haus akan narasi ilmiah yang hidup dan kontekstual.

Catatan Perjalanan dan Pemetaan Ilmiah

Buku ini mengisahkan pengembaraan Junghuhn selama empat tahun pertama di Jawa, dari 1835 hingga 1839, dengan titik akhir di Alun-alun Suryakencana. Struktur buku mengikuti kronologi perjalanan, namun Malik mengelompokkannya secara tematik berdasarkan lanskap, gunung, dan fenomena alam yang dijelajahi.

1. Gunung sebagai Laboratorium Alam

Junghuhn menjadikan gunung-gunung di Jawa sebagai laboratorium terbuka. Ia mendaki Gunung Gede, Pangrango, Papandayan, dan banyak lainnya, mencatat vegetasi, suhu, kelembapan, dan karakteristik tanah. Di halaman 112, tercatat bagaimana Junghuhn mengidentifikasi zona vegetasi berdasarkan ketinggian, yang kelak menjadi dasar klasifikasi iklim tropis.

Malik menyajikan catatan ini dengan narasi yang tidak hanya deskriptif, tetapi juga reflektif. Ia mengajak pembaca untuk memahami bagaimana observasi ilmiah bisa berpadu dengan rasa kagum terhadap keindahan alam.

2. Budidaya Kina dan Pemahaman Ekologi

Salah satu kontribusi terbesar Junghuhn adalah keberhasilannya membudidayakan pohon kina di Jawa. Namun, seperti dijelaskan Malik di halaman 245, keberhasilan ini bukan semata karena eksperimen, melainkan karena pemahaman mendalam terhadap ekologi lokal. Junghuhn memilih lokasi budidaya berdasarkan kecocokan vegetasi dan iklim, hasil dari eksplorasi dan pemetaan yang teliti.

Bagian ini sangat relevan bagi mahasiswa pertanian, kehutanan, dan ekologi, karena menunjukkan bagaimana ilmu praktis lahir dari observasi lapangan yang mendalam.

3. Gaya Penulisan Junghuhn: Ilmiah dan Puitis

Malik menyoroti gaya penulisan Junghuhn yang unik: meskipun berbasis data dan angka, ia menuliskannya dengan gaya yang hidup dan imajinatif. Di halaman 312, Junghuhn menggambarkan matahari terbit di lereng gunung sebagai “simfoni cahaya yang membangkitkan semangat bumi.” Malik menyatakan bahwa membaca karya Junghuhn seperti mendaki gunung bersama sang penulis penuh rasa, bukan sekadar laporan .

Evaluasi: bagian ini menjadi kekuatan utama buku, karena menunjukkan bahwa ilmu tidak harus kering dan teknis, tetapi bisa menyentuh sisi estetika dan spiritual manusia.

4. Konteks Kolonial dan Etika Ilmiah

Malik juga tidak mengabaikan konteks kolonial dari eksplorasi Junghuhn. Ia mengajak pembaca untuk melihat bagaimana pengetahuan ilmiah sering kali lahir dalam kerangka kekuasaan, namun Junghuhn sendiri menunjukkan sikap yang lebih humanistik dan independen. Di halaman 389, Malik mengutip surat Junghuhn yang mengkritik eksploitasi alam dan manusia oleh pemerintah kolonial.

Bagian ini penting untuk diskusi etika ilmiah dan dekolonisasi pengetahuan, sangat relevan bagi dosen dan peneliti di bidang sejarah ilmu dan studi postkolonial.

Franz Junghuhn: Berkelana di Pulau Jawa adalah buku yang kaya akan wawasan, emosi, dan refleksi ilmiah. Malik Ar Rahiem berhasil menyusun ulang catatan klasik menjadi narasi yang relevan dan menggugah bagi pembaca masa kini. Buku ini bukan hanya tentang perjalanan fisik, tetapi juga tentang perjalanan intelektual dan spiritual seorang ilmuwan dalam memahami alam dan dirinya sendiri.

Highlight paling menarik adalah bagaimana Junghuhn memadukan observasi ilmiah dengan rasa estetika dan etika. Ia tidak hanya mencatat, tetapi juga merenung dan mengkritik. Malik berhasil menangkap semangat ini dan menyampaikannya dengan gaya yang jernih dan penuh penghargaan.

Kritik terhadap buku ini mungkin terletak pada kurangnya indeks tematik atau peta visual yang bisa membantu pembaca menavigasi lokasi-lokasi yang dijelajahi. Namun, kekuatan naratif dan kedalaman analisis Malik menutupi kekurangan tersebut.

 Relevansi akademik buku ini sangat tinggi, terutama untuk:

  • Mahasiswa geografi, ekologi, dan sejarah ilmu
  • Dosen yang mengajar metodologi ilmiah, eksplorasi, dan etika penelitian
  • Peneliti yang tertarik pada hubungan antara ilmu dan kolonialisme

Rekomendasi: Buku ini sangat cocok sebagai bahan ajar dalam mata kuliah “Eksplorasi dan Observasi Lapangan”, atau sebagai referensi dalam seminar tentang sejarah ilmiah di Indonesia. Franz Junghuhn: Berkelana di Pulau Jawa adalah karya yang menghidupkan kembali semangat ilmiah yang humanistik dan penuh rasa ingin tahu.

Buku dapat diakses melalui Halaman ini

 

Peresensi : Obi Zakaria 

Informasi Lainnya